
Sebuah Kajian Alam sebagai Sumber Belajar Manusia (QS. Ali Imran ayat 190)
oleh: Nafa Rofiatun Nisa
Pendidikan Islam Alam dalam pandangan Filsafat Pendidikan Islam dapat dijelaskan sebagai berikut. Kata alam berasal dari bahasa Arab ’alam (عالم) yang seakar dengan ’ilmu (علم / pengetahuan) dan alamat (عالمة / pertanda). Ketiga istilah tersebut mempunyai korelasi makna. Alam sebagai ciptaan Tuhan merupakan identitas yang penuh hikmah. Dengan memahami alam, seseorang akan memperoleh pengetahuan. Dengan pengetahuan itu, orang akan mengetahui tanda-tanda atau alamat akan adanya Tuhan. Dalam bahasa Yunani, alam disebut dengan istilah cosmos yang berarti serasi, harmonis. Karena alam itu diciptakan dalam keadaan teratur dan tidak kacau. Alam atau cosmos disebut sebagai salah satu bukti keberadaaan Tuhan, yang tertuang dalam keterangan Al-qur`an sebagai sumber pokok dan menjadi sumber pelajaran dan ajaran bagi manusia. Istilah alam dalam alqur’an datang dalam bentuk jamak (‘alamiina), disebut sebanyak 73 kali yang termaktub dalam 30 surat. 15 Pemahaman kata ‘alamin, merupakan bentuk jamak dari keterangan al-quran yang mengandung berbagai interpretasi pemikiran bagi manusia.
Menurut Al-Rasyidin, dalam bukunya Falsafah pendidikan Islam bahwa kata `alamin merupakan bentuk prulal yang mengindikasikan bahwa alam semesta ini banyak dan beraneka ragam. Pemaknaan tersebut konsisten dengan konsepsi Islam bahwa hanya Allah Swt yang Ahad, Maha Tunggal dan tidak bisa dibagi-bagi. Kemudian beliau menuturkan kembali bahwa konsep islam megenai alam semesta merupakan penegasan bahwa alam semesta adalah sesuatu selain Allah Swt. Di dalam Al Qur’an pengertian alam semesta dalam arti jagat raya dapat dipahami dengan istilah “assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa”.
Istilah ini ditemui didalam beberapa surat Al Qur’an yaitu: Dalam surat maryam ayat 64 dan 65 Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa (64). Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan dia (yang patut disembah)? Dalam surat ar-rum ayat 22:
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِلْعَالِمِينَ
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang Mengetahui.”
Dalam surat al-anbiya ayat 16:
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا لَاعِبِ
“Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main”.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa alam semesta bermakna sesuatu selain Allah Swt, maka apa-apa yang terdapat di dalamnya baik dalam bentuk konkrit (nyata) maupun dalam bentuk abstrak (ghaib) merupakan bahagian dari alam semesta yang berkaitan satu dengan lainnya.
Proses penciptaan alam semesta
Al Qur’an telah menjelaskan bahwa sebenarnya seluruh kejadian di alam semesta ini, sudah terjadi dan kejadiannya mengikuti segala rencana dan konsep yang sudah tertera di dalamnya. Gambaran jelasnya, bahwa semua proses alam semesta ini mengikuti dan merujuk pada segala yang tertuang dalam Al Qur’an, apakah diketahui atau tidak tabir rahasianya oleh manusia. Dengan kata lain, kejadian dunia ini adalah sebagai “cermin manifestasi” dan “kenyataan lahir” dari rencana Allah yang sebenarnya sudah diberitahukan kepada manusia lewat Al Qur’an, sebelum kejadian tersebut terjadi, dengan tidak ada tekanan apakah manusia mau atau tidak memahaminya guna mendapatkan takwil isyarat-Nya. Mengenai proses penciptaan alam semesta, Al-Qur’an telah menyebutkan secara gamblang mengenai hal tersebut, dan dapat dipahami bahwa proses penciptaan alam semesta menurut al-Qur`an adalah secara bertahap. Hal ini dapat diketahui melalui firman Allah Swt dalam Surat Al Anbiya ayat 30:
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang beriman?”
Apabila dikaitkan dengan sejumlah teori seputar terjadinya kosmos menurut sains modern, maka konsep penciptaan semesta yang tertera dalam Al-Qur’an tidak dapat disangkal lagi kebenarannya. Dapat ditarik kesimpulan melalui ayat-ayat diatas, yaitu:
Disebutkan bahwa antara langit dan bumi (kosmos) semula merupakan satu kesatuan lalu mengalami proses pemisahan. Disebutkan adanya kabut gas (dukhan) sebagai materi penciptaan kosmos. Disebutkan pula bahwa penciptaan kosmos (alam semesta) tidak terjadi sekaligus, tetapi secara bertahap. Al-Rasyidin mengungkapkan bahwa Allah Swt menciptakan alam semesta ini tidak sekaligus atau sekali jadi, akan tetapi melalui beberapa tahapan, masa atau proses. Dalam sejumlah surah, al-Qur`an selalu menggunakan istilah fi sittah ayyam, yang dapat diterjemahkan dalam arti enam hari, enam masa atau enam periode. Adapun ayat yang menceritakan tentang penciptaan alam dalam enam masa terdapat pada surat yunus ayat 3 dan surat Al-Araf ayat 54 adalah: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, Kemudian dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Allah , Tuhan kamu, Maka sembahlah Dia”.
Dalam surat An-Naaziat ayat 27-33 menerangkan proses penciptaan bumi dan alam semesta. Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah Telah membinanya(27), Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya (28), Dan dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang (29), Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya (30), Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya (31), Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh (32), (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu (33).
Proses penciptaan alam semesta diungkapkan dengan menggunakan istilah yang beragam seperti Khalaqa, sawwa, Fatara, Sakhara, Ja`ala, dan Bada`a. semua sebutan untuk penciptaan ini mengandung makna mengadakan, membuat, mencipta, atau menjadikan, dengan tidak meniscayakan waktu dan tempat penciptaan. Dengan kata lain, bahwa penciptaan alam semesta tidak mesti harus di dahului oleh ruang dan waktu.
Terlepas dari perdebatan panjang mengenai penciptaan alam semesta ini, maka Al-Qur`an telah menerangkan bahwa alam diciptakan oleh Allah Swt melalui tahapan dan proses, dan tidak terjadi sekaligus. Dalam hal ini pemakalah mengambil kesimpulan bahwa:
a. Alam semesta diciptakan oleh Allah secara bertahap dan berproses
b. Asal mula penciptaan alam semesta berasal dari asap
c. Penciptaan alam semesta terbentuk melalui enam masa atau enam hari atau enam periode.
Dari keterangan di atas pemakalah mengindikasikan bahwa keterkaitan tentang proses penciptaan alam semesta bagi manusia dalam pendidikan, adalah manusia yang sudah mempunyai potensi dari Allah Swt dalam mengembangkan potensi tersebut tidak dapat dilakukan secara spontan, namun harus dilakukan dengan proses dan tahapan panjang melalui alam ini, sebagai sarana dan fasilitas yang menghantarkan manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya.